Eye-witness
by Ni Wayan Shanti Savitri
Hari ini aku
berjalan menuju ke sekolah, hari yang cukup panas sehingga peluhku menetes
walau sekarang baru jam 6.30 namun cuacanya sekarang panas. Aku sangat
beruntung untuk tidak naik bis ataupun angkot hari ini. Pasti aku jamin aku lebih kepanasan di dalam
sana dari pada berjalan kaki. Aaaku melewati sebuah perempatan. Lampu jalanan
berwarna merah untuk para pejalan kaki. Aku menunggu sebentar supaya dapat
menyebrang. Ketika lampu penyebrangan berwarna hijau aku melai melangkahkan
kakiku. Bersama pejalan kaki yang lainnya aku menyebrang. Akuu berjalan di
belakang seorang Ibu-ibu berserta anaknya. Sebuah mobil berkecepatan tinggi
langsung menabrak mereka berdua. Tubuh mereka terlempar ke arahku namun aku tak
terkena dampaknya. Aku hanya memperhatikan kejadian tersebut. Seluruh warga
segera membantu kedua korban itu. Aku melangkahkan kakiku meninggalkan tempat
itu. Sepertinya sang pelaku sudah pergi melarikan diri.
***
Sesampainya aku di
sekolah aku menaruh tasku di meja dan memandang suasana sekolah yang masih agak
sepi. Seorang gadis berambut hitam kemerahan sedang berjalan membawa buku dia
lalu disenggol oleh seorang gadis yang memiliki rambut lebih hitam dan pendek.
Dia lalu mengatakan hal hal yang kasar pada Gadis yang terjatuh tersebut. Gadis
berambut hitam tersebut Terlihat menampar gadis yang berambut merah, gadis itu
mencoba melawan namun seorang gadis dengan kaos kaki yang panjang dan berwarna
warni mendatangi mereka. Dia membantu gadis yang berambut hitam tersebut untuk
mengerjai gadis berambut kemerahan tersebut. Seperti biasa aku hanya melihatnya
dari jauh, tanpa mengatakan apapun.
***
Hari ini aku dan
teeman sekelasku mendapat pelajaran olahraga. Kami berlari Keliling lapangan
lima kali. . Setelah itu guru mengEtes kemampuan kami dalam bidang atletik. Ada
yang memilih tes lari, ada yang memilih untuk tolak peluru , lompat jauh maupun
lompat tinggi. Saat aku sedang berlari terdengar suara gaduh dari bagian tolak peluru.
''Ryan kamu tidak kenapa?'' tanya Andine
sambil mendekati pemuda tersebut,
Sedangkang di tempat lain Dimas sedang di introgasi oleh ribuan orang.
''kenapa denganmu?
Kau hampir saja mengenai Ryan, kita
semua tau kan tombak itu tetap berbahaya'' kata Fred
''ya ya aku tau''
kata Dimas. Aku memperhatikan kejadian intrograsi tersebut dari tempat yang
cukup jauh. Aku melihat ke arah papapn
pengumuman, sedangkan beberapa siswa sibuk mengantri di kantin.
''hm... Porsenijar
ya? Kayaknya aku bakalan jadi pemenangnya'' kata Dimas aku menoleh ke arahnya
lalu kembali membaca pengumuman.
''tapi disini
posisinya udah banyak yang diisi'' kataku sambil menunjukan daftar pemain.
''tapi aku yakin
100 persen'' dia berjalan berlalu aku menatap punggungnya.
***
Aku mengambil
tasku, bel pulang telah berbunyi 5 menit yang lalu, dan aku sedang ada urusan
di perpustakaan sehingga aku yang terakhir pulang . Aku memakai headset dan
memutar lagu Mokugekisha. Aku berjalan dan melihat pot itu jatuh dengan
kecepatan gravitasi, di bawah sana Ryan sedang membenarkan ikat tali sepatunya.
Vinka yang berada di dekatnya lalu berteriak, Ryan memandang ke atas. Namun telat pot tersebut mengenai kepalanya.
aku dapat melihat sekelebat bayangan di atas sana. Vinka beserta warga sekolah
yang lain segera membawa Ryan ke UKS, aku hanya diam dan melihat.
***
Aku menengok ke arah lapangan basket, kalau
mau pulang aku memang selalu melewati lapangan basKet. Kulihat 2 orang siswa
sedang bermain basket. Yang satunya bermain dengan sangat kasar dan menyebabkan
lawannya mengalami cedera ringan. Beberapa Orang yang melihatnya langsung
memberi respon. Aku melihat kejadian tersebut dari jauh, aku selalu diam dan
melihat. Aku adalah saksi mata dari segala kejadian buruk ini, aku adalah saksi
mata yang tidak bisa berbuat apapun. Namun sekarang aku ingin berhenti menjadi
saksi mata yang selalu diam. Aku menerobos kerumunan dan memasuki lapangan
basket.
''kalau kau memang jagoan, ayo lawan aku'' kataku
''Gadis berheadset, oke aku terima tantanganmu'' kata Pemuda tersebut,
''kau yakin?'' tanya pemuda yang cedera tadi
''tenang saja, aku adalah saksi mata atas segala kejadian ini, aku pasti bisa melewatinya'' kataku. Aku meletakkan tasku namun aku tidak berniat untuk melepas headsetku.
''kau tak melepas headsetMu?'' tanya gadis berkuncir dua
''nggak biarin saja'' kataku sambil tersenyum.
''baiklah peraturannya sederhana kalau salah satu dari kita dapat memasukan bola ke dalam ring sebanyak dua kali berarti dia yang menang dan berhak mendapatkan hadiah'' katanya sambil mendribel bola, peluit ditup permainan pun dimulai. Dia melesat bergerak ke ringku aku segera mengejarnya dia Berhenti mendrible bola dan melempar bola dengan keras ke arahku sehingga aku terjatuh,
''kalau kau memang jagoan, ayo lawan aku'' kataku
''Gadis berheadset, oke aku terima tantanganmu'' kata Pemuda tersebut,
''kau yakin?'' tanya pemuda yang cedera tadi
''tenang saja, aku adalah saksi mata atas segala kejadian ini, aku pasti bisa melewatinya'' kataku. Aku meletakkan tasku namun aku tidak berniat untuk melepas headsetku.
''kau tak melepas headsetMu?'' tanya gadis berkuncir dua
''nggak biarin saja'' kataku sambil tersenyum.
''baiklah peraturannya sederhana kalau salah satu dari kita dapat memasukan bola ke dalam ring sebanyak dua kali berarti dia yang menang dan berhak mendapatkan hadiah'' katanya sambil mendribel bola, peluit ditup permainan pun dimulai. Dia melesat bergerak ke ringku aku segera mengejarnya dia Berhenti mendrible bola dan melempar bola dengan keras ke arahku sehingga aku terjatuh,
''cih lemah''
katanya sambil mengambil bola dan melemparnya ke ring, masuk.
Dia tersenyum angkuh. Aku bangkit dia mulai mendribel bola kembali, walau masih agak pusing aku masih bisa bermain dan mengambil bola dari tangannya. Dia cukup terkejut, aku mulai mendribel dan berlari ke arah ringnya aku melemparnya dan masuk. Kedudukan kami sama, aku kembali mendribel dan seperti biasa dia mulai mencoba merembut bolaku. Namun aku tak mungkin memberinya kesempatan. Jantungku terpacu lebih cepat, aku melakukan Beberapa gerakan tipuan. Dan berhasil dia tertipu. Aku berlari menuju ke ring, aku Mengambil ancang ancang untuk melempar bola ke ring. Dia langsung menarik headsetku sehingga gerakanku sedikit terganggu. Musik di ponselku terus berbunyi melalui speaker. Bola tersebut melambung dan bergerak memutar di tepi ring. Jantung kami berdegup kencang, bola lalu masuk. Semua orang bersorak sorak. Dia diam, aku menatapnya, dia segera memasang muka sok cool.
''bagaimana menurutmu?'' tanyaku
''kau boleh juga'' katanya
''apa hadiahnya?'' tanyaku
''bukankah kamu bilang akan ada hadiahnya?'' lanjutku.
''tentu apa yang kau mau?''' tanyanya,
''aku hanya ingin kau mengurangi semua kelakuan burukmu karna aku adalah saksi mata dari semua Kelakuanmu.'' aku lalu mendekatkan wajahku ke wajahnya.
''menabrak orang dan mencelakai Ryan'' bisikku, aku lalu mengambil ponselku yang sempat terjatuh tadi dan mematikan lagu yang berputar. dia memberikan headsetku
''aku akan Menururti perkataanmu'' ucapnya sebelum pergi dari Lapangan basket dan menyeberang jalan, lapangan basket kami memang dekat jalan raya. Sebuah truk melaju kencang dan melindas pemuda tersebut, tepat Ketika aku berada di tepi jalan, beberapa orang berteriak. Darah yang terciprat mengotori baju seragamku. Sekali lagi aku menjadi saksi mata.
Dia tersenyum angkuh. Aku bangkit dia mulai mendribel bola kembali, walau masih agak pusing aku masih bisa bermain dan mengambil bola dari tangannya. Dia cukup terkejut, aku mulai mendribel dan berlari ke arah ringnya aku melemparnya dan masuk. Kedudukan kami sama, aku kembali mendribel dan seperti biasa dia mulai mencoba merembut bolaku. Namun aku tak mungkin memberinya kesempatan. Jantungku terpacu lebih cepat, aku melakukan Beberapa gerakan tipuan. Dan berhasil dia tertipu. Aku berlari menuju ke ring, aku Mengambil ancang ancang untuk melempar bola ke ring. Dia langsung menarik headsetku sehingga gerakanku sedikit terganggu. Musik di ponselku terus berbunyi melalui speaker. Bola tersebut melambung dan bergerak memutar di tepi ring. Jantung kami berdegup kencang, bola lalu masuk. Semua orang bersorak sorak. Dia diam, aku menatapnya, dia segera memasang muka sok cool.
''bagaimana menurutmu?'' tanyaku
''kau boleh juga'' katanya
''apa hadiahnya?'' tanyaku
''bukankah kamu bilang akan ada hadiahnya?'' lanjutku.
''tentu apa yang kau mau?''' tanyanya,
''aku hanya ingin kau mengurangi semua kelakuan burukmu karna aku adalah saksi mata dari semua Kelakuanmu.'' aku lalu mendekatkan wajahku ke wajahnya.
''menabrak orang dan mencelakai Ryan'' bisikku, aku lalu mengambil ponselku yang sempat terjatuh tadi dan mematikan lagu yang berputar. dia memberikan headsetku
''aku akan Menururti perkataanmu'' ucapnya sebelum pergi dari Lapangan basket dan menyeberang jalan, lapangan basket kami memang dekat jalan raya. Sebuah truk melaju kencang dan melindas pemuda tersebut, tepat Ketika aku berada di tepi jalan, beberapa orang berteriak. Darah yang terciprat mengotori baju seragamku. Sekali lagi aku menjadi saksi mata.