Senin, 14 September 2020

Tulis.me Aplikasi buat nulis


Shan ucapkan selamat tahun baru 2020 ! semoga di tahun ini resolusi yang telah kalian rencanakan dapat dijalankan dengan baik!

Ngomong-ngomong nih, Shan bakal membahas tentang sebuah aplikasi kepenulisan, yang bernama Tulis.me dari namanya saja kita sudah tau bahwa aplikasi ini berasal dari Indonesia.

Diluncurkan pada tanggal 8 september 2017 Tulis.me menjadi salah satu wadah bagi penulis untuk menjadi lebih terlatih dan kreatif. Nama-nama seperti Kak Akhmad Zulkarnain, Kak Shalahuddiin Al Ayyub, Kak Data Azharuddin, kak Shenda Aprilia, Kak Innezdhe Ayang Marheni, Kak Kamaludin Yahyadan Kak Galih Pangestu Jati menjadi orang-orang dibalik berdirinya Tulis.me.




Tulis.me memiliki Logo yang simple, berbentuk kotak dengan warna biru gelap dan tulisan T di tengahnya, aplikasi ini tidak berukuran besar sehingga dapat digunakan meski memiliki Ram telepon yang kecil.

Pada awal menjalankan aplikasi ini kita harus mendaftar terlebih dahulu. Cara daftarnya cukup simple, kita dapat menggunakan akun google yang ada di ponsel. Kita akan disapa oleh beberapa quotes ketika kita membuka aplikasi ini.


Kita juga dapat mengedti profil kita, dengan cara klik profil di beranda lalu klik edit profil.




Terdapat empat fasilitas utama yang terdapat di Tulis.me, yaitu lomba, explore, challenge dan leader boat.


Lomba berisi tentang info-info lomba yang ada di Tulis.me dengan tema yang berbeda-beda, tentunya lomba ini sangat bermanfaat karena selain dapat mengasah kemampuan menulis, juga terdapat hadiah bagi pemenang.


Explore berisi tentang karya-karya yang telah di post oleh pengguna Tulis.me yang lain. Dibagi menjadi tiga ketagori yaitu Timeline, Populer dan baru.


Lalu leaderboard, berisi akun-akun yang memiliki poin yang tinggi, semacam peringkat.



Ada juga Challenge, kita di tantang untuk menulis dengan tema yang telah ditentukan. Bedanya dengan lomba yaitu kita bisa membuat challenge kita sendiri! Jadi kita dibebaskan untuk membuat surat tantangan!





Aplikasi Tulis.me direkomendasikan bagi segenap insan yang ingin belajar dan meningkatkan kreatifitas kalian di bidang kepenulisan! (eaaaa).
Jika ingin membuat karya kita harus mengikuti lomba/Challenge. Shan tidak dapat membuat tutorialnya karena pada saat Shan mendownload dan mengunakan aplikasi ini tidak terdapat lomba atau challenge baru. (I’m so sorry gaiss)

Oke, sekian dulu ya dari Shan! Download segera aplikasinya dan jangan lupa buat challenge biar kita bisa tarung tulisan (emang ada ya? Wkwkwk) !



See ya!



#Ditulis awal bulan, di upload hari ini










Sabtu, 16 Mei 2020

Nenek Moyangku Seorang Pelaut Akankah Bukan Sekedar Lagu?


Pojok Berpikir Terlalu Imajinatif
Nenek Moyangku Seorang Pelaut Akankah itu Bukan Sekedar Lagu?

Yoo!! Kali ini Shan datang dengan tulisan super imajinatif (yang berusaha untuk di realitakan), untuk pertama kalinya dari sekian lama. Akhirnya Shan berani untuk membuat konten yang berbeda dari sebelumnya.

Kalian pasti sudah tau dengan lagu jaman kanak-kanak Nenek Moyangku Seorang Pelaut, iya kan? Nah Pelaut memiliki arti yang berbeda dengan Nelayan. Dimana Pelaut itu diartikan sebegai orang yang mengarungi lautan dengan atau tanpa tujuan.

Indonesia adalah negara dengan pulau yang banyak di dunia. Untuk pergi ke pulau satu dengan pulau yang lainnya kita harus mengarungi lautan.

Ini dapat diartikan bahwa seorang pelaut juga seorang pejelajah.

Nenek moyang kita adalah seorang penjelajah, dan jiwa seorang penjelajah akan mengalir pada nadi tiap keturunannya.

Ingat film Moana? Nenek moyangnya Moana ternyata adalah seorang pelaut/penjelajah antar pulau. Setelah menemukan pulau satu mereka mempersiapkan diri untuk menemukan pulau yang baru.

Ini juga terjadi di dunia kita, inget jaman penjajahan? Orang-orang dari eropa melakukan ekspedisi untuk menemukan sumber daya yang baru.

Oke, coba kita lihat lagi kebelakang sebelum jaman penjajahan.

Masa perdagangan saat masih kerajaan, orang-orang dari India, Cina, Arab, dll berdatangan ke Indonesia untuk berdagang, mencari sumber daya baru dengan menukar sumber daya yang ada sebelumnya (istilah lain dari tukar menukar barang). Dan orang-orang Indonesia pergi ke daerah-daerah tetangga untuk berdagang juga.

Mereka, para pedagang mengarungi lautan dan daratan menjelajah tiap daerah, untuk berdagang.
Bukankah mereka juga seorang penjelajah juga?

Oke mari kita mundur lagi, bagaimana kalau… nenek moyang manusia itu juga merupakan seorang penjelajah?

Katakanlah, mereka nenek moyang manusia, melakukan penjelajahan untuk menemukan tempat tinggal yang baru, untuk kehidupan yang baru.

Dan mereka akhirnya menemukannya, Bumi.

“Tapi kalaupun benar, seharusnya mereka (saudara nenek moyang manusia yang masih tinggal diluar bumi atau keturunanya) juga seharusnya berdatangan-atau bertemu dengan kita (untuk reuni keluarga besar)?”

Oke, semesta itu luas, bisa saja mereka (nenek moyang manusia) memang berasal dari luar bumi, namun bukan berasal dari luar bumi dimensi ini.

Yep, mungkin saja nenek moyang manusia berasal dari luar dimensi ini, dimensi yang tidak bisa kita jangkau untuk saat ini.

“Terus seharusnya kalau mereka (nenek moyang) datang kesini pakai mesin/alat seharusnya mereka bisa kembali dong ke dunianya atau setidaknya membuat keturunannya anak atau cucu kembali ke kampung halaman kek,”

Baiklah, ayo kita pikirkan skenario sederhana. Jikalau memang mereka menggunakan alat terus sampai di Bumi.

Tapi alatnya rusak?

Ini sama seperti pelaut dan perahu, tiba-tiba ada badai dan dengan keberuntungan yang tersisa mereka akhirnya sampai di pulau baru dengan selamat namun kapal mereka rusak.

Otomatis dong mereka perlu memperbaiki perahu mereka untuk kembali menjelajahi lautan? Dan Tentu saja untuk memperbaiki perahu mereka memerlukan sumber daya.

Nah, karena mereka terdampar di pulau yang belum mereka ketahui sebelumnya mereka mulai menjelajahi pulau, mencari-cari sumber daya yang kiranya bisa memperbaiki perahu mereka, lalu mengolah sumber daya itu sehingga benar-benar bisa dipakai.

Proses tersebut perlu waktu.

Bagaimana kalau ternyata waktu yang diperlukan itu lama?

Kita bawa itu sekarang pada kasus nenek moyang manusia, yang punya alat namun alatnya rusak sehingga tidak bisa digunakan untuk menejelajah dimensi dengan mudah?

Bagaimana ternyata waktu yang mereka perlukan terlalu lama, sehingga mereka hanya bisa menetap di bumi? Setidaknya demi menyambung hidup?

Lalu pengetahuan mereka yang mereka miliki mereka berikan pada anak cucu dengan penjelasan seadanya karena media pembelajaran yang amat minim? Lalu akhirnya sampai sekarang-belum ada yang benar-benar bisa memperbaiki alat tersebut hingga alat tersebut terkubur, melebur bersama bumi?

“Bagaimana kalau ternyata mereka datang tanpa alat? Transportasi kayak di film-film? Manusia super?”

Mereka pasti membutuhkan energi, dan ya, sebelum benar-benar mengumpulkan banyak energi yang cukup untuk menjelajah mereka mati duluan? Terus anak cucunya memutuskan untuk tetap menetap di bumi daripada repot-repot kembali ke tempat asal (kampung halaman nenek moyang) ataupun menjelajah dimensi?

Karena menjelajah bumi saja mereka belum selesai.


Hm… sekarang saja kita masih suka menjelajah, alias melali alias liburan wkwkwk. Walau tempat yang kita jelajahi ternyata dekat (kek kampung sebelah kota sebelah) itu artinya dalam diri kita masih ada semangat untuk mengarungi dunia ini.

Termasuk mengarungi dunia internet mwahahahaahaaa…

Tunggu saja mungkin dimasa depan manusia benar-benar bisa menjelajahi alam semesta, semudah pergi ke kota sebelah.

Ya, teknologi selalu maju, kalaupun harus terhenti pasti ada cara lain untuk memajukannya.



Jadi…. Bagaimana menurut kalian? Di tunggu komentar yang imajinatif (yang dipaksa untuk direalitakan).



Dari Shan yang Habis Sidang :v
Ps. JAngan Kopas Artikel INI tanpa Mencantumkan SUmber DAN iZin dari ShaN
Pss. konten ini shan publish di wattpad tapi Shan potong karena konten ini asli ditujukan pada blog ini